Jumat, 26 Oktober 2012

Tips Membeli Sepeda Gunung


Jangan anggap enteng hal ini. Memilih sepeda, khususnya sepeda gunung/ MTB bukanlah sesuatu yang sepele.

Begitu memasuki toko sepeda ada beragam pilihan yang membingungkan. Tanpa pengetahuan memadai tentang sepeda, bisa-bisa kita membeli sepeda yang tidak sesuai dengan fungsinya.
Bagi yang berkantong tebal, salah membeli sepeda tentunya bukanlah masalah yang serius. Tapi bagi mereka yang harus menabung sedikit demi sedikit untuk membeli sepeda, salah memilih adalah perkara besar.

Jangan sekali-kali membeli sepeda hanya karena senang pada bentuknya, tapi prioritaskan pada fungsi dan kebutuhan kita. Tentukan dulu penggunaannya untuk apa. Jangan sampai salah dalam memilih.

Misalnya, ingin ‘bike to work’ dengan jarak rumah ke kantor 40 kilometer tapi yang dibeli sepeda BMX, atau mau ke gunung tapi yang dibeli city bike. Lebih sempit lagi, dalam dunia MTB misalnya, sepeda cross country dipakai untuk downhill, atau sepeda downhill dipakai dirtjump. Pernah ada kasus, frame cross country patah karena dipaksa bermain downhill.

Beli jadi atau merakit?

Sepeda gunung bisa dibeli dalam bentuk sepeda jadi (full-bike) maupun rakitan yang komponennya kita tentukan sendiri. Sebagai pemula mana yang harus dipilih?

Pilihan pertama, membeli full-bike, berarti tinggal datang ke toko, pilih, bayar dan langsung pakai. Mudah sekali.

Jika Anda tak mau repot, atau bersepeda bagi Anda hanya sekadar untuk berolahraga dan sarana transportasi alternatif, maka membeli sepeda full-bike sangat cocok. Namun membeli full-bike juga membuat sepeda kita kurang memiliki nilai personal, karena pasti tidak sedikit orang lain yang memiliki sepeda sama dengan kita.

Pilihan kedua adalah sepeda rakitan. Ada yang betul-betul merakit sendiri dari A sampai Z, tapi ada pula yang dirakitkan oleh toko namun komponennya pilihan sendiri. Persis seperti membeli komputer rakitan.

Membangun sepeda sendiri jelas lebih merepotkan daripada membeli yang sudah jadi. Namun kelebihannya, sepeda rakitan memiliki nilai kepuasan tersendiri bagi pemiliknya karena spesifikasinya sesuai dengan keinginan dan pas dengan gaya pribadi.

Faktor yang harus diperhatikan dalam merakit adalah kita harus faham kecocokan dari masing-masing komponen. Membeli sepeda secara rakitan karenanya kurang disarankan bagi pemula. Para pemula yang ingin merakit sepeda sendiri sangat disarankan mengajak pesepeda yang lebih senior agar tidak salah memilih komponen.

Untuk masalah kualitas, sebetulnya sama saja antara beli jadi dengan rakitan. Tetapi untuk masalah harga, dengan tingkat komponen setara, biasanya sepeda full-bike lebih murah.

Mengapa? Karena sepeda full-bike diproduksi secara massal, sehingga bisa menekan biaya produksi. Kecuali bila kita merakit sepeda dengan memakai frame bajakan (generik), maka harga sepeda rakitan menjadi lebih murah.

Yang dimaksud frame bajakan adalah frame sepeda gunung dengan merk terkenal (misalnya Specialized, Schwinn, Kona, dll.) tapi sebenarnya bukan buatan pabrik tersebut. Frame bajakan atau populer dengan istilah generik ini datang dari Taiwan, negeri produsen sepeda terbesar di dunia. Harga frame bajakan bisa empat hingga lima kali lebih murah dari frame aslinya.

Sepeda gunung ada yang dilengkapi suspensi depan saja (hardtail), ada juga yang sekaligus memiliki suspensi depan dan belakang (dual supension/ full suspension) atau populer dengan istilah fulsus. Pilih yang mana?

Ketika menanyakan hal ini biasanya para pemula akan disarankan memulai dengan hardtail. Alasannya antara lain agar para pemula terlebih dulu membiasakan diri dengan sepeda yang lebih ringan, efisien dalam mengayuh, mudah dalam pengendalian dan sederhana dalam perawatan. Setelah jam terbang dengan hardtail cukup banyak, barulah dapat beralih ke fulsus.

Saran ini sekarang mungkin sudah kurang relevan lagi, meskipun juga tidak salah. Mengapa? Karena, saat ini telah banyak sepeda fulsus yang memiliki performa dan efisiensi mendekati hardtail. Terutama pada sepeda 'kelas atas'.

Jadi, apabila budget-nya memang sudah tersedia, tidak ada salahnya langsung mencoba fulsus. Begitu pula bagi orang-orang yang baru memulai bersepeda di usia 30-an ke atas, memilih fulsus akan membuat bersepeda menjadi lebih nyaman.

Tentunya, yang dipilih bukan fulsus 'asal jadi' dengan efek bobbing besar (biasanya produk Cina atau produk lokal dengan harga di bawah Rp2 juta), karena justru akan menyengsarakan dan jangan-jangan malah akan membuat kapok bersepeda.

Efek bobbing adalah rantai mengendor dan mengencang akibat gerakan suspensi belakang, membuat kayuhan menjadi berat dan energi kita terbuang percuma. Ciri khas fulsus seperti ini adalah framenya terbuat dari besi, sistem suspensi belakangnya single pivot, dan drivetrainnya 18 speed.

Tetapi satu hal yang pasti, untuk pemula yang baru pertama kali membeli MTB, belilah sepeda cross country terlebih dahulu. Baik hardtail maupun fulsus. Jangan membeli sepeda freeride, apalagi downhill.

Terlebih dahulu tentukan anggaran belanja sepeda Anda
Agar tidak salah dalam menentukan pilihan, sebaiknya Anda tentukan dulu berapa budget belanja sepeda. Baru kemudian carilah sepeda yang sesuai dengan anggaran kita itu.
Jika budget-nya hanya Rp800 ribu, carilah sepeda seharga itu. Jangan mudah tergiur dan kebablasan membeli sepeda di atas budget yang disiapkan. Bisa-bisa istri Anda di rumah mengamuk karena jatah bulanannya berkurang.

Namun, jika Anda sudah membulatkan niat untuk menerjuni hobi ini, sebaiknya jangan membeli sepeda yang harganya di bawah Rp1,5 juta. Ketika Anda sudah mulai mengenal dunia sepeda, biasanya muncul keinginan untuk upgrade, meningkatkan spesifikasi sepeda.

Jika harga sepeda yang dibeli pertama kali di bawah Rp1,5 juta, akan sulit untuk meng-upgrade-nya. Karena biasanya framenya masih terbuat dari besi dengan gir 18 atau 21speed. Jika sulit di-upgrade, tentu saja pilihannya adalah membeli baru. Itu berarti budget yang makin membengkak.

Memang, semakin mahal harga sebuah sepeda semakin baik pula kualitasnya. Pepatah 'harga ngga akan bohong' berlaku dalam membeli sepeda. Namun memiliki sepeda murah tidak berarti pemiliknya hina, memiliki sepeda mahal juga tidak menandakan pemiliknya mulia. Ini hanya masalah seberapa tebal kantong Anda.

Sama seperti membeli perangkat ponsel. Bagi yang pendapatan perbulannya Rp1,5 juta, ponsel seharga Rp350 ribu sudah mencukupi. Tapi bagi yang penghasilannya mencapai Rp10 juta sebulan, tentunya akan membeli ponsel yang lebih mahal, yang tentunya pasti memiliki kualitas dan teknologi yang mumpuni. 

Membeli sepeda bisa juga dianalogikan dengan membeli mobil. Mobil mulai dari harga belasan juta hingga miliaran rupiah tersedia. Sepeda pun demikian, mulai dari yang berharga Rp500 ribuan hingga puluhan juta rupiah ada.

Ketimbang mempersoalkan gengsi, lebih penting bagi Anda yang agak minim secara finansial untuk membuktikan bahwa meski dengan sepeda murah tapi Anda lebih jago di tanjakan, lebih piawai di medan offroad, dan lebih kuat endurance-nya. Sambil, tentu saja, sisihkan sebagian penghasilan Anda agar ke depannya dapat meng-upgrade sepeda anda atau membeli sepeda yang lebih sesuai dengan keinginan.

Bagaimana harganya?

Sepeda gunung/ MTB bisa dibeli mulai dari harga satu jutaan hingga puluhan juta rupiah. Kualitas bahan, fitur dan desainnya lah yang membedakan.

Sepeda gunung seharga Rp1 jutaan, framenya masih terbuat dari besi dan hanya memiliki variasi gir 18 atau 21 speed, sedangkan yang puluhan juta berbahan serat karbon, bahan yang sama dengan pesawat terbang dan sudah memiliki gir 27 speed. Bagi kebanyakan orang, frame berbahan aluminium sudah mencukupi.

Jika memang budget Anda mencukupi, jangan membeli sepeda gunung dengan harga di bawah Rp1,5 juta. Untuk pemula yang sekadar ingin bicycling for fun, sepeda seharga 2 - 3 juta rupiah dengan frame aluminium dan gir 24 speed sudah sangat mencukupi.

Namun, jika Anda tertarik bersepeda di jalur offroad pegunungan, maka akan lebih bijak kalau Anda menyiapkan budget minimal Rp5 juta. Bukan untuk gengsi, tapi demi kenyamanan dan keselamatan saat kita berada di alam terbuka.

Harga tersebut adalah untuk meningkatkan drivetrain menjadi 27 speed, yang berfungsi agar kayuhan menjadi lebih efisien. Tapi bagi yang sudah kecanduan, sepeda seharga Rp10 juta pun masih dirasa kurang.

Berhati-hati juga terhadap virus upgrade, karena tiap pehobi sepeda pasti mengalami hal ini. Kendalikan hawa nafsu upgrade sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, jangan terlalu memaksakan diri karena gengsi memakai sepeda entry level.

Jangan sampai kita hanya fokus pada aktivitas mempercantik fisik sepeda (fashion bike) tapi melupakan aktivitas bersepedanya sendiri. Meskipun secara ekonomi kita mampu, tapi buat apa juga membeli sepeda belasan juta rupiah jika hanya dipakai untuk menikmati car free day setiap hari Minggu. 




Sumber :  INILAH.COM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar