Selasa, 25 Maret 2014

Bersepeda bersama kawan-kawan

                Pagi-pagi saya sudah siap untuk bersepeda, teman-teman yang lain sudah menunggu saya di halte tempat biasa kami bertemu. Saya segera menyiapkan sepeda dan segera menuju ke halte tempat mereka menunggu. Sesampainya saya di halte, ternyata masih ada seorang lagi yang belum datang yaitu joni. Tidak lama menunggu akhirnya joni pun datang. Setelah semua lengkap, kami segera goes menuju ke suatu perumahan yang biasa kami kunjungi untuk mengitari jalan perumahan tersebut. Setelah terasa lelah kami berhenti sejenak untuk istirahat dan minum. Kami segera menuju ke suatu danau yang berada di ujung perumahan tersebut.

          Danau buatan ini lumayan luas dan ada beberapa warung kopi tempat biasa pesepeda beristarahat sambil ngobrol bertukar pikiran. Kami memilih warung kopi pak Amat yang biasa kami kunjungi, di warung kopi pak Amat tersedia menu makanan bubur kacang hijau, mie rebus, kue pancong dan lain-lain. Sedangkan menu minumannya yaitu segala macam merek kopi dan minuman kemasan yang bervariasi di dalam lemari pendingin. Kami yang kehausan segera menyerbu lemari pendingin dan memilih minuman segar, namun sebagian lebih memilih kopi ataupun teh hangat. Mengobrol dan canda gurau kami pun pecah di warung kpi pak Mamat, biasanya kami berbincang tetang sepedda masing-masing, pekerjaan, sampai membicarakan negeri ini. 

             Tidak terasa hampir satu jam kami berada di warung kopi pak Mamat. Sebelum pulang, biasanya saya menyempatkan diri untuk berpisah dari mereka dan saya menuju tepi danau untuk menikmati sejuknya udara pagi ditepi danau tersebut. Tidak lama dari itu kami melanjutkan perjalanan mengitari perumahan tersebut dan akhirnya memasuki jalur perkampungan. Dijalur perkampungan ini jalan berubah drastis, yang sebelumnya jalan aspal mulus, sekarang berubah menjadi tanah yang bergelombang dan walaupun ada aspal itupun sudah hancur sana-sini. Akhirnya kami pun satu demi persatu berpisah ditengah perjalanan menuju rumah masing-masing.


By  :   Imam Syafi'i

Berkeliling Jam Gadang

                Pada saat itu saya, kakak dan adik saya berencana ingin bermain ke Jam Gadang Bukit Tinggi Sumatra Barat, kami berangkat dari rumah jam 10 pagi. Saya naik motor sendiri dan kakak naik motor bersama adik. Perjalanan menuju Bukit Tinggi begitu indah, kiri dan kanan jalan terdapat bukit-bukit, tebing, dan hamparan sawah hijau yang luas.

                Udara yang dingin dan segarpun saya rasakan di sepanjang perjalanan. Tidak terasa kira-kira 1 jam kami tiba di Bukit Tinggi dan lekas kami menuju tempat parkir yang terdekat dari Jam Gadang. Kami pun segera menuju Jam Gadang yang penuh cerita sejarah itu. Kami pun tiba tepat di depan Jam Gadang, begitu indah Jam peninggalan zaman belanda ini.

                Ada yang unik dari Jam Gadang ini, yaitu angka empat romawi yang terdapat pada jam ini bukanlah angka 4 romawi yang biasa kita kenal (IV) namun angka empat pada jam ini dituliskan (IIII). Di ujung paling atas jam ini terdapat atap khas rumah adat sumatra barat, saya bersyukur peninggalan sejarah ini masih terjaga dengan baik, karena banyak peninggalan sejarah yang tidak dijaga.

                Kami pun mengabadikan moment ini dengan berfoto bersama dengan riang. Tidak terasa perut sudah meminta untuk diisi, kami pun tidak kesulitan mencari tempat makan disini, karena banyak pedagang makanan dan pedagang kaki lima lainnya yang berjualan disekitar jam gadang. Akhirnya kami memilih untuk makan sate padang.

                Sate padang ini terdiri dari 6 tusuk sate dan satu setengah ketupat yang diguyur bumbu khas nikmat dan ditaburi bawang goreng gurih. Begitu lezatnya sate padang ini, harga satu porsinya 12.000 ribu rupiah. Sebelum pulang kami pun menyari pernak-pernik khas Bukit Tinggi yang banyak dijual pedangang kaki lima di sekitar Jam Gadang. Kami sepakat untuk membeli gantungan kunci berbentuk Jam Gadang dan baju yang bergambarkan Jam Gadang. Cukup menyenangkan jalan-jalan hari itu disekitar jam gadang yang ramai meriah dan indah.



By :  Imam Syafi'i

Jumat, 14 Maret 2014

Pulang Ke Kampung Halaman

                Bersamaan selesainya ujian semester saat itu 17 februari 2014 libur semester ganjil pun akhirnya tiba, aku sudah memesan jauh-jauh hari tiket pesawat untuk tgl 18 februari 2014 menuju padang sumatra barat, disana kedua orangtua dan adikku telah menunggu kedatanganku dari jakarta, sudah lama rasanya aku tidak berjumpa mereka disana.

                Sepulangnya aku dari kampus tercinta, aku langsung menyiapkan segala sesuatu yang harus aku bawa untuk esok hari. Hari yang aku tunggu-tunggu pun tiba dan dari pagi-pagi sekali saya sudah berangkat dari rumah menuju bandara soekarno-hatta untuk menghindari macetnya ibu kota.

                Setibanya di bandara aku langsung check-in dan menuju ruang tunggu, disana suadh banyak sekali orang-orang yang sedang menunggu gilirannya untuk masuk ke dalam pesawatnya masing-masing. Untungnya masih ada kursi kosong untuk aku tempati. Hampir satu jam setengah aku menunggu akhirnya tiba giliranku masuk ke dalam ruang kabin pesawat.

                Sebelum pesawat lepas landas tak henti-hentinya aku berdoa agar selamat sampai tujuan, bagaimanapun aku tetap takut ketinggian. Tak lama pesawatpun lepas landas dan mengudara, sementara itu diriku tetap terus beroda dan sesekali aku melihat ke jendela melihat pemandangan dibawah sana.

                Betapa indahnya alam semesta yang telah Allah ciptakan, awan-awan yang seperti kapas lembut, lautan yang begitu luas, gunung-gunung menjunjung tinggi, sungai-sungai panjang mengalir seperti ular panjang meliuk-liuk. Kemajuan teknologi yang telah manusia ciptakan membuat diriku bisa berada diatas awan, yang dahulu rasanya tidak mungkin kini menjadi mungkin.

                Tidak terasa satu setengah jam berlalu dan pesawatpun mendarat di bandara minang kabau sumatra barat. Sangat lega diriku karena telah mendarat, karena aku benar-benar takut ketinggian. Setelah mengambil barang-barang aku langsung menuju lobby bandara dan naik tarvel menuju kota payakumbuh. Dari bandara minang kabau kota padang menuju kota payakumbuh menempuh perjalanan 3 jam, lebih lama perjalanan di darat dari pada di langit, ya itu semua yang harus aku tempuh demi bertemu keluarga tercinta.

                Akhirnya tiba juga aku dirumah tercinta, senang rasanya bertemu kembali kedua orangtua dan adik tersayang, sudah lama aku tidak bertemu mereka, selama dirantau setiap hari aku memikirkan kabar mereka, dan sekarang sudah terbayar semua rasa kangen ku bertemu mereka kembali dengan keadaan sehat. Tidak ada kebahagian yang paling bahagia selain berkumpul dengan semua keluarga yang kita sayangi.



By : Imam Syafi'i